Detail Berita
Kiai Santawi, Guru Ngaji yang Menjadi Martir Kemerdekaan
Pewarta : Eko
27 Agustus 2025
07:32
Dr. Saeful Kurniawan S.Pd., M.PdI., penulis 140 buku dirumahnya pada 26 Agustus 2025. (Foto : Eko)
BONDOWOSO, enewsindo.co.id - Di jantung kota Bondowoso, berdiri sebuah jalan yang ramai dilalui orang setiap hari yakni Jalan Santawi. Banyak yang mungkin hanya melewati tanpa benar-benar mengenal siapa sosok di balik nama itu.
Namun, di balik nama sederhana tersebut, tersimpan kisah tentang seorang guru ngaji dari Prajekan yang memilih jalan jihad, lalu gugur sebagai martir melawan penjajah. Kiai Santawi bukanlah seorang prajurit terlatih, melainkan ulama yang kesehariannya mengajar santri membaca Al-Qur’an.
Namun, ketika Belanda kembali menguasai tanah Bondowoso pada masa agresi militer tahun 1948, panggilan perjuangan itu datang. Ia tak tinggal diam, bersama para santrinya, ia bergabung dengan Laskar Hizbullah, sebuah pasukan rakyat di bawah komando Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Bagi Kiai Santawi, melawan penjajah bukan sekadar pertempuran fisik. Ia membekali pasukannya dengan doa-doa, menguatkan hati para santri yang masih muda agar yakin bahwa perjuangan mereka adalah bagian dari ibadah.
Santri-santri Pondok Nurul Kawakib di Prajekan menjadi saksi bagaimana doa dan tekad berpadu di tengah desing peluru. Namun, jalan jihad yang ditempuhnya berakhir tragis. Kiai Santawi tertangkap oleh tentara Belanda. Ia divonis mati.
Tapi sebelum eksekusi, ia meminta izin menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Dengan ketenangan seorang ulama, ia sujud terakhir di hadapan Tuhannya, lalu tubuhnya rebah oleh timah panas penjajah.
Kisah ini tidak hilang ditelan waktu. Semangat dan keberanian Kiai Santawi masih hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Bondowoso. Bahkan, makamnya yang semula berada di sekitar Polsek Kota, kini telah dipindahkan ke Prajekan Lor oleh keturunannya, agar dekat dengan tanah kelahirannya.
Dalam bukunya, Dr. Saepul Kurniawan menulis bahwa Kiai Santawi adalah simbol keberanian, patriotisme, sekaligus keteguhan iman. Sosoknya memberi pesan abadi bahwa kemerdekaan tidak pernah gratis—ia dibayar dengan darah, doa, dan pengorbanan jiwa.
Kini, setiap kali melewati Jalan Santawi, kita tidak hanya melewati sebuah nama, tetapi juga melintasi jejak sejarah seorang guru ngaji yang bertransformasi menjadi pahlawan.
Kisahnya Kiai Santawi layak dikenang, terutama oleh generasi muda, agar tidak lupa bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini pernah dipertaruhkan oleh seorang ulama sederhana yang memilih gugur demi Indonesia.
Komentar
Berita Terbaru
Perhutani KPH Bondowoso Lakukan Ground Breaking Rehabilitasi Hutan
27 November 2025
18:19
59 Mahasiswa D III Keperawatan Universitas Bondowoso Resmi Sandang Gelar A.Md.Kep
27 November 2025
16:24
Tingkatkan Profesionalisme Pers, Kominfo Jember Gelar Level Up "Framing Effect Vs Actual Information
27 November 2025
13:53
Tanggapi Aksi Demo AMJB Wakil Bupati Jember "Ini Masalah Moral dan Arogansi Kekuasaan"
26 November 2025
16:57
AMJB Desak Bupati dan Wabup Akur, Konflik Dinilai Rugikan Rakyat Jember
26 November 2025
14:05
Berita Terpopuler