by

Ngopi dan Diskusi Bareng Brigjen TNI AD Muh. Hasyim Lalhakim di Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo Berlangsung Seru

BANYUWANGI, enewsindo.co.id – Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo yang beralamat di JL Pierre Tendean No 72 B Karangrejo timur/belakang Hotel Selamet Banyuwangi, mendapat kunjungan tamu istimewa pasa Minggu 25 Februari 2024 siang.

Siapa dia ? Tamu tersebut adalah Brigadir Jenderal TNI AD Muhammad Hasyim Lalhakim SE, M.M, M.Sc, yang menduduki posisi Asisten Potensi Wilayah (Aspotwil) Kogabwilhan II. Tampak jendral bintang satu asal Makasar tersebut tampil dengan biasa saja dan sederhana.

“Alhamdulillah saya datang di Banyuwangi ini dengan kondisi sehat mungkin berkat warga masyarakatnya yang ramah membuat hati ini jadi bahagia,” ujar Brigjen TNI Muhammad Hasyim Lalhakim, saat menyapa puluhan pengurus dsn anggota Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo.

Brigjen Muh. Hasyim Lalhakim mengatakan, dirinya sangat senang bisa menyapa masyarakat Banyuwangi. Terlebih bisa mendengarkan curhatan-curhatan masyarakat di wilayah kerjanya, yang diantaranya mulai dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.

“Potensi Banyuwangi luar biasa, orangnya baik-baik juga,” ungkapnya saat berdiskusi sembari ngopi santai di Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo yang digagas oleh Hakim Said, penggiat anti narkoba.

Dalam diskusi yang berlangsung kurang lebih 2 jam itu, terlihat sangat hidup dengan materi wawasan Kebangsaan tentang perkembangan dan kemajuan NKRI. Disini, pria kelahiran 3 Februari 1967 ini berpesan agar tetap melakukan komunikasi dengan semua lini.

“Komunikasi melalui diskusi seperti ini sangat penting untuk menjaga silaturahmi. Dan hari ini saya sangat bangga bisa berdiskusi tentang wawasan kebangsaan yang potensinya kearah pertahanan,” jelasnya.

“Kebetulan Banyuwangi ini masuk wilayah kerja saya harap jangan lagi bicara pangkat dan jabatan lah disini. Tingkat kita sama,” imbuh jenderal yang dalam tupoksinya membawahi tiga matra TNI ini.

Brigjen TNI Muhammad Hasyim Lalhakim menegaskan, jika peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat berarti bagi TNI.

Tampak dalam diskusi itu dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, advokat, praktisi dan penggiat di Banyuwangi seperti Halili Abdul Ghani, As’ad Mohammad Nagib, Andi Purnama, Fatah Yasin Noer, KH Ikhrom Hasan, H. Budi PR, Hakim Said selalu sohibul bait dan tokoh pengaruh lainnya di Bumi Blambangan serta beberapa jurnalis, bahkan juga hadir dari Bakesbangpol Banyuwangi.

“Kami mendapatkan banyak wawasan soal kebangsaan yang luar biasa. Terimakasih jenderal,” tegas Hakim Said, yang juga Ketua Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo.

Sementara itu, Halili Abdul Ghani menyatakan, bahwa bentuk kehadiran negara adalah untuk melindungi integritas dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan segenap bangsa.

“Fungsi kebangsaan adalah mewujudkan bangsa yang kuat, rukun bersatu, berdaya saing tinggi, dan sejahtera,” tandasnya.

Masukan lainnya juga dijelaskan oleh penggiat gaek As’ad Mohammad Nagib. Dia katakan, kehadiran negara ini harus ada peran faktor pendukung dari masyarakat. Karena menurutnya, masyarakat memiliki hak membela negara dengan mengembalikan rasa bangga memiliki negara dan mempunyai wawasan kebangsaan.

“Maka itu, saran kami mari kita pupuk mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perkuliahan untuk diwujudkan lagi rasa bangga dan memiliki bangsa Indonesia. Tugas paling berat ini yakni mengembalikan rasa memiliki dan rasa kebanggaan yang sudah hilang,” suluknya.

Bahkan tak kurang senangatnya, Cak Slamet dari LSM Format juga memberikan masukan kepada Brigjen TNI Hasyim, yaitu untuk membangun sebuah pertahanan negara yang kuat dari ancaman disintegrasi bangsa atau ancaman lainnya yakni butuh lima cara.

Cara yang pertama adalah membangun dan meningkatkan angkatan bersenjata. Kedua, melatih TNI-Polri. Ketiga, membangun kerjasama dengan negara lainnya. Keempat, membangun dan menciptakan nasionalisme. Dan, kelima yaitu menjalin rasa kebangsaan nasional.

Khusus di era digitalisasi ini, informasi masuk yang cepat perlu disaring. Hal itu memungkinkan agar informasi tersebut bisa menjadi baik dan benar.

“Maka dari itu, rasa nasionalisme generasi muda diperlukan sistem pendidikan dan wawasan kebangsaan yang harus dilakukan di usia dini. Yaitu mengembalikan kembali pelajaran baik pendidikan moral pancasila dan yang lainnya,” pungkasnya.

Acara yang digelar dengan menghadirkan tokoh lintas agama dari umat Kristiani itu membuat pikiran sang Jenderal Bintang Satu itu terketuk dan akan melakukan komunikasi serta koordinasi lebih lanjut dengan pimpinan di level atasnya. (red) 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *