by

TK Al Wardah Gelar Produk Intrakurikuler Siswa Implentasikan Kurikulum Merdeka

JOMBANG enewsindo.co.id- Lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Yayasan Al Wardah membentuk karakter siswa usia dini melalui gelar produk Intrakurikuler dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Dusun Budug, Desa Tugusumberjo, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Selasa (20/6/2023).

Pameran produk Intrakurikuler dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ini merupakan implementasi dari pola yang ada didalam Kurikulum Merdeka.

Karya siswa dibeberkan di halaman TK Al Wardah, baik karya dari produk Intrakurikuler maupun produk P5, semua dibuat dari tangan siswa dan ada makna tersirat didalamnya.

Kepala TK Al Wardah Eni Lailiyah, S.Pd, M.Pfis., menjelaskan, TK Al Wardah merupakan satu-satunya TK penggerak yang ada di Kecamatan Peterongan.

“Kita sebagai kepala sekolah penggerak ditugasi oleh Kemendikbud Ristek untuk menerapkan kurikulum merdeka, nah kurikulum merdeka itu ada Intrakurikuler dan P5, di kita karena sudah satu tahun melaksanakan kurikulum merdeka,” ujar Eni Lailiyah

“Intrakurikuler dan P5nya sudah terlaksana dengan baik, bukan hanya dilihat dari produknya tapi juga dari karakter yang kita kembangkan ke anak anak,” tambahnya.

Menurutnya, produk dari siswa itu merupakan bonus, sedangkan karakternya yang harus melekat pada siswa.

“Contohnya, didalam kurikulum merdeka itu harus mengembangkan literasi, bagi anak bukan hanya menggambar namun mereka juga bisa bercerita tentang apa yang Digambar, disini kelihatan mulai dari coretan sampai bentuk jadi apapun itu kita pamerkan. Kita ingin menunjukkan ke wali murid bahwa anak anak pada usia PAUD itu bukan belajar menulis dan berhitung, tapi tentang bagaimana mereka berkarakter,” urai Eni.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang pertama ada tema Aku Sayang Bumi di semester satu, yang kedua Aku dan Kerjasama dan Kreatifitas.

Hasil karya siswa TK yang dipamerkan

“Hasil karakter itu pembiasaan bagi mereka tahu membedakan mana sampah organik dan anorganik, kemudian mereka bisa peduli terhadap lingkungannya bisa rumah maupun sekolah bahwa kita tidak boleh membuang sampah sembarangan, itu yang kita sasar sebenarnya,” imbuhnya.

Siswa pro aktif kerjasama dengan orang tua, dengan pola orng tua membersihkan sampah plastic dirumah, kemudian menjemurnya dan setiap hari dibawa oleh siswa ke sekolah kemudian siswa memotong dan memasukkan ke botol.

“Itu adalah bonus yang akhirnya kita jadikan kursi dan meja,” ujarnya.

Lebih jauh Eni memaparkan, para siswa diajarkan literasi finansial. Para siswa diajarkan membedakan mana kebutuhan, mana keinginan.

“Ada tiga macam tabungan yang kita pemerkan, didalamnya nanti diisi uang untuk jenis kebutuhan, keinginan dan donasi. Jadi setiap hari siswa dibawakan uang oleh orang tuanya, dan mereka akan memilih sendiri, berapa yang seharusnya dimasukan celengan donasi, berapa yang dimasukkan ke celengan keinginan dan kebutuhan. Sebelum itu kita ajarkan bagaimana membedakan keinginan dan kebutuhan,” paparnya.

Dengan adanya pameran ini diharapkan lembaga pendidikan akan memamerkan ke orang tua siswa tentang hasil karya anak. Selain itu, siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak hanya dituntut baca tulis hitung melainkan kreatifitas yang telah dikembangkan, dan bagi Eni karya para siswa ini harus dihargai bersama.

“Dengan pameran ini agar orang tua tahu, ini lo hasil putra-putri kita, mereka itu tidak harus dituntut baca tulis hitung tapi merka kreatifitas yang kita kembangkan disini itu harus kita hargai bersama,” pungkasnya.