ENEWSINDO.co.id,Bondowoso-7 Agustus 2022 – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak para santri menciptakan konten islami yang inspiratif serta menjadi konten edukasi yang mendidik generasi masa depan yang akhlakul karimah.
“Hari ini saya sangat berbahagia bisa kembali ke rumah. Saya kembali ke sini sesuai janji. Tahun lalu saya berkunjung ke sini, Pak Kyai meminta program yang menyentuh kebutuhan santri, yaitu meningkatkan kemampuan santri di era digitalisasi. Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) adalah sarana untuk mencetak santri yang memiliki keterampilan, sebagai bagian ekosistem penciptaan 1,1 juta lapangan kerja dan menjadi penopang ekonomi Indonesia yang adil makmur,” ujar Menparekraf Sandiaga dalam kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Al Ishlah, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, sebagai bagian dari program Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) 2022, Minggu (7/8/2022).
Dalam bincang-bincang bersama sejumlah santri, terungkap mereka memiliki keterampilan di bidang kreatif. “Putra misalnya, sudah punya 100 koleksi anime, namun belum pede menampilkan karya. Saya minta tim menggali bagaimana Putra bisa mengembangkan ilustrasi dalam skema NFT. Sedangkan Nabila sudah memiliki buku yang diterbitkan dan berharap karyanya diamplifikasikan agar karya pesantren bukan hanya dalam skala nasional namun juga internasional. Santri Digitalpreneur Indonesia akan menjadi penggerak ekonomi baru dari ekonomi kita,” terang Menparekraf.
Dalam kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Al Ishlah, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Menparekraf Sandiaga mendorong para santri menghasilkan karya kreatif yang mampu bersaing di industri kreatif dan digital, menjadikan santri modern yang tetap menjunjung tinggi akhlakul karimah. “Nantinya, santri bisa menjadi produsen informasi dan literasi, penggerak konten-konten serta produk bermutu yang bernilai islami,” ujarnya.
Pada program Santri Digitalpreneur Indonesia, para santri diajarkan membuat konten kreatif, mencakup animasi dan podcast. “Dengan program ini para santri mampu membuat konten islami yang memberikan inspirasi dan menjadi produk ekonomi kreatif yang memiliki nilai tambah sehingga bisa membuka peluang usaha dan lapangan kerja,” imbuh Menparekraf.
Dalam sambutannya, Menparekraf mendorong para santri untuk menyebar kebaikan lewat konten berkualitas. “Saat ini kita bisa menyebar informasi lewat media sosial. Zaman saya mulai usaha dulu tidak ada namanya Instagram, TikTok, atau Youtube sehingga promosikan produk door to door atau mulut ke mulut. Saat itu lebih sulit menciptakan produk yang mampu bersaing karena belum ada teknologi digital seperti saat ini,” terang Mantan Ketua HIPMI.
Sandiaga mengatakan, mayoritas orang Indonesia menghabiskan 8 jam 52 menit tiap hari mengakses internet. “Itu berarti hampir setengah waktunya, dikurangi waktu tidur sekitar 6 jam, digunakan untuk mengakses internet. Dari jumlah itu, sebanyak 3,2 jam digunakan untuk mengakses media sosial, mulai dari Facebook, Facebook dan konten lain,” ujarnya.
Menparekraf menyebut Bonge, salah satu kreator konten di media sosial yang namanya identik dengan Citayam Fashion Week, dalam satu bulan bisa mengantungi pendapatan Rp600 juta. “Ini salah satu sumber satu penghasilan yang bersumber dari kreativitas dan imajinasi. Media sosial bisa menjadi sarana mencari hiburan sekaligus mendapatkan penghasilan,” ujarnya.
Sandiaga mengatakan saat ini terdapat lebih dari 5 juta santri yang tersebar di 28 ribu pesantren. Dengan pengguna internet saat ini mencapai 191 juta orang di Indonesia, kita harus merangkul peluang. “Dari TikTok kita ambil konten yang mencerdaskan. Santri bisa mendapatkan pelajaran yang membuat santri memiliki kekuatan, keimanan, ketakwaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Santri ini spesial karena dibekali akhlakul karimah,” terangnya.
Menparekraf menyebut banyak sekali konten bertebaran di media sosial, namun hanya sedikit yang mengandung konten islami. “Youtuber dan Instagrammer masih tampilkan konten yang tidak cocok dengan santri. Oleh karena itu, saya ingin program Santri Digitalpreneur Indonesia menampilkan konten islami. You can do it. Kenapa? Karena ada digitalisasi dalam program ini,” ujar Sandiaga yang dijawab kompak oleh para santri. “Yes, we can.”
Kesempatan itu, Sandiaga berpesan agar para santri memiliki filosofi FAST, yakni Fatonah (cerdas ambil peluang, berselancar di atas gelombang.), Amanah (dapat dipercaya sebagai kunci sukses entrepreneur), Siddiq (jujur, karena jika tidak jujur berpotensi hoaks/berita bohong. serta Tabligh. “Selain itu santri juga harus gercep (gerak cepat) dalam ambil peluang untuk bisa sukses. Gali terus potensi yang ada dan semangat,” tuturnya.
Menparekraf mendorong para santri juga belajar dari para mentor guna mengangkat potensi yang ada. “Kita ingin santri ciptakan konten kreatif. Bayangkan 5 juta santri ciptakan konten kreatif maka linimasa internet kita akan memiliki produk yang sesuai dengan asas islami. Santri Digitalpreneur Indonesia ini bukan program asal-asalan namun kita desain betul, bagaimana Kemenparekraf bisa memberikan program yang menyentuh yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Sandiaga menekankan, target santri setelah lulus bukan hanya kerja namun menciptakan lapangan kerja. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,44% di awal tahun ini, dan pariwisata/ekraf menjadi nomor dua dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Namun kerja keras kita belum selesai, karena masih banyak pekerjaan rumah. Harga-harga naik, ekonomi sulit. Marilah bergandengan tangan kita ciptakan program yang bisa menciptakan lapangan jera, perkuat ketahanan pangan sebagai solusi,” ajak Menparekraf.
Menparekraf akan memastikan para santri menjadi konten konten kreator andal, menghasilkan karya kreatif yang rahmatan lil alamin dan mendidik generasi ke depan yang akhlakul karimah. “Santri begitu keluar dari pesantren bisa menciptakan lapangan kerja sebagai bentuk solusi yang dihadapi bangsa,” ujarnya.
Untuk itu, dalam program Santri Digitalpreneur Indonesia, para santri akan dilengkapi kemampuan mencetak konten dilengkapi sentuhan aplikasi yang orisinal dan program lain yang selaras dengan industri digital itu sendiri. “Saat ini ada 28 ribu pesantren yang tersebar di berbagai wilayah INdonesia. Dalam 10 tahun ke depan setidaknya 10% dari pesantren itu bisa disentuh dengan program Santri Digitalpreneur Indonesia,” tandas Menparekraf Sandiaga.
Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) merupakan kegiatan yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai wadah pelatihan dan peningkatan kapasitas santri dan generasi milenial dalam
menghadapi tantangan industri digital kreatif.
Pada 2021, kegiatan Santri Digitalpreneur Indonesia tahun lalu dilaksanakan secara online ketika masa pandemi, sehingga masih ada beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan pelatihan yang diikuti peserta selama 24 pertemuan, dan berlangsung kurang lebih 2 bulan, dengan 3 pilihan program pelatihan.
Tahun ini kegiatan Santri Digitalpreneur Indonesia dihadirkan dengan konsep yang berbeda dan hanya akan terfokus pada program ‘Kreatif dan Digital’, dilaksanakan secara offline selama 4 hari di 8 kabupaten/kota terpilih, yaitu Tasikmalaya, Cirebon, Serang, Padang, Banjarmasin, Bondowoso, Sidoarjo dan Bangkalan.
Pelatihan diadakan di pesantren terpilih yang unggul dalam hal digital kreatif. Maka terpilihlah Pesantren Al Ishlah yang terletak di Jl. Raya No.17-19 KM.07, Utara Sungai, Dadapan, Kec. Grujugan, Kabupaten Enewsindo, Bondowoso, Jawa Timur 68261 Letak wilayahnya sangat strategis di pinggir jalan. Saat ini Pondok Pesantren Al Ishlah telah aktif membuat konten dakwah-digital dalam channel YouTube resminya yaitu Suara Al Ishlah dengan subscriber sebanyak 14.8 k, serta media sosial seperti instagram dengan akun
alishlahbws_official yang memiliki follower sebanyak lebih dari 2000.
Di setiap kota, Santri Digitalpreneur Indonesia akan menjaring 50 orang peserta dari 10 pesantren yang akan mengikuti pelatihan selama empat hari. Setiap pesantren akan tergabung menjadi 1 kelompok beranggotakan 5 orang, dan diminta untuk menghasilkan 1 konten podcast. Karya terbaik dari masing-masing kota nantinya akan dipamerkan pada Demo Day di Jakarta.
Pelaksanaan Santri Digitalpreneur Indonesia offline diharapkan akan lebih memaksimalkan proses pelatihan dari mentor-mentor profesional terbaik di bidang kreatif dan digital. Harapannya, para santri mampu mengenal lebih dalam industri kreatif yang sedang berkembang saat ini dan juga meningkatkan kemampuan mereka melalui seluruh rangkaian kegiatan SDI 2022.(eko)
Comment