Surabaya- Gong deklarasi peleburan alumni empat sekolah negeri (SMA) di Surabaya tinggal dua hari lagi ditabuh. Gaung SMA 3-B, SMAGA Gentengkali, SMPP Negeri dan SMA Negeri 16, yang bakal menjadi “Satu Atap” ini sudah terdengar di kalangan alumnus.
Panitia juga sudah memastikan jadwal dan agenda acara deklarasi peleburuan itu pada 27 November, pagi hari. Adalah GOR dan area sekolah SMA Negeri 16 Jl Prapen (Panjangjiwo) Surabaya, yang dijadikan saksi perhelatan akbar dan perdana tersebut. “Ini sejarah bagi kami. Empat alumni SMA Negeri, dilebur dalam satu ikatan alumni (Ika). Tanggal 27 itu, adalah awal sejarah alumni SMA 3-B, SMAGA Gentengkali, SMPP dan SMA 16 akan punya nama khusus ikatan alumninya,” tegas Ketua Panitia Ir Rayandra NZ, MT.
Apa nama alumni gabungan dari empat sekolah negeri yang juga “ngetop” di Surabaya tersebut? “Silahkan alumni hadir. Kami akan umumkan dalam deklarasi nanti. Pasti banyak surprise di acara tersebut,” sebut senior alumni SMAGA 76 ini. Panitia sudah menyiapkan sepaket agenda acara yang dikemas penuh manfaat dan keakraban. Pelaksananya? Selain melibatkan semua alumnus di lintas SMA dan angkatan, panitia juga melibatkan wakil sekolah atau guru yang masih aktif.
Tercatat ada beberapa tokoh masyarakat yang menjadi alumni di sekolahan tersebut, juga terlibat dalam kepanitian. Di antaranya ada Mantan KASAL Laksamana (Pur) Soeparno Munir dan La Nyalla Mattaliti yang kini menjadi Ketua DPD RI.
Hingga hari ini informasi yang diperoleh panitia bahwa animo alumnus untuk hadir di acara tersebut cukup tinggi. Antusiasme mereka inilah membuat panitia harus mengantisipasi melubernya area parkir di sekitar sekolah serta penggunaan jalan raya sekitar sekolah. Untuk mengantasipasi kemacetan tersebut, panitia sudah berkoordinasi dengan pihak yang berwenang. Malah Radio Suara Surabaya yang aktif online di udara juga tak luput dari perhatian panitia.
“Khusus alumni, sebaiknya tidak membawa mobil atau kendaraan sendiri-sendiri. Kalau seribu alumni bawa kendaraan atau mobil, area parkir sekolah tidak mampu menampung. Sebaiknya datang rombongan,” pinta seorang panitia saat rapat terakhir Rabu.
KEHILANGAN INDUK
Diharapkan oleh para alumnus bahwa seusai deklarasi peleburan itu, silaturahmi antarempat SMA Negeri tersebut bisa berlangsung lebih akrab dan penuh kekeluargaan. Sebab, sebelumnya, masing-masing sekolah punya ikatan alumni. Sehingga mereka bagai anak ayam kehilangan induk.
“Ke depan, kita akan menjadi alumni SMA 16. Mulai dari Smaga 3-B, Smaga Genteng Kali hingga SMPP akan disebut tahunnya saja. Ini berarti SMA 16 menjadi sekolah baru lahir yang sudah meluluskan alumni angkatan lama seperti SMA Negeri tertua di Surabaya lainnya hehe,” ungkap Rayandra.
Lantas, bagaimana dengan alumni SMA Negeri 3 Kenjeran? “Kita tidak ada hubungan dengan mereka. Dari dulu, sejarahnya SMA Genteng Kali bersama para gurunya hijrah ke gedung sekolah di Jalan Panjang Jiwo (Prapen). Bukan ke Kenjeran,” jelas Rayandra.
Sejak meninggalkan gedung sekolah yang kini jadi kantor wilayah Kementerian Pedidikan Jawa Timur itu, nama SMA Negeri 3 tetap bertengger walau ada nama SMPP Negeri Surabaya. Namun tak berlangsung lama nama SMA Negeri 3 dihapus dan hanya tinggal nama SMPP Negeri Surabaya.
“Mungkin, saat itu gedung SMA 3 Kenjeran sudah bisa digunakan,” jelas alumni SMPP 1980. “Saat itu kami menolak dengan cara melakukan aksi demo,” lanjut pria yang namanya disembunyikan.
Aksi demo ini diperingati siswa pemberani setiap tanggal 10 November. “Mulai pagi, pintu gerbang sekolah dikunci oleh pendemo yang sudah menguasai sekolah sehari sebelumnya,” cerita Abdul Muis.
Siswa yang masuk sekolah hari itu dan ingin mengikuti demo dipersilahkan masuk. Suara sepeda motor pun terdengar nyaring meraung-raung di sekitar sekolah.
Rupanya para pengunjuk rasa melepas knalpot sepeda motornya. Mereka memasukkan ke dalam ruang kelas. Guru-guru yang terjebak di ruang kantor sekolah tidak boleh keluar. Pengunjuk rasa takut indentitas mereka diketahui.
Alhasil, tetap saja masih ada rekan-rekan yang dikeluarkan dari sekolah karena ikut unjuk rasa. “Saat itu saya sudah kelas dua. Teman saya yang nekad tidak menutup wajahnya langsung dipecat,” ujar Muis yang kini menjadi wartawan.
Nah, ihwal inilah agaknya yang membidani para senior alumni SMAN 3-B, SMAGA Gentengkali turun gunung. Mereka enggan bergabung dengan Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Kenjeran. Mengapa?
“Kami ingin meluruskan sejarah. Benang merah SMA3-B sampai menjadi SMA 16 akan kami jelaskan delam acara deklarasi,” jelas Rayandra, alumni SMA Negeri 3 Genteng Kali.
Yang menarik, menurut dia, ternyata para guru sudah membentuk wadah paguyuban yang menyatu sejak SMAGA/SMPP/SMA16. “Penyatuan ini berarti sama dan seirama dengan deklarasi kita saat ini,” jelasnya.
Yang tak kalah penting bahwa peleburan ketiga SMA itu akan menjalin silahturahmi dalamsatu ikatan alumni SMA 16 dg. “Logo gabungan dengan ke-4 SMA. Keempat lka SMA 16 akan diketuai oleh seorang yg bisa dari Smaga atau SMPP atau SMA 16. Karena kita semua sudah menjadi satu wadah: Ikatan Alumni SMA 16,” jelasnya.
Sekedar diketahui bahwa latar belakang kelangsungan sekolah tersebut adalah berdiri sejak adanya SMA B Perjuangan di kompleks Wijayakusuma pada Desember 1949.
Epat tahu kemudian (1953) SMA B Perjuangan berubah statusnya menjadi SMA Negeri 3-B. Kemudian di bulan April 1958 dipimpin kepala sekolah bersama guru-guru dan siswa serta bantuan komandan korem Bhaskara Jaya mengambil alih Gedung SSV (Soerabaja School Vereeniging) di Jalan Gentengkali 33 Surabaya.
Dari dokter Satrio selaku Walikota Surabaya saat itu berkenan meresmikan pemakaian Gedung SMAN 3-B di Jalan Gentengkali 33 Surabaya.
Pada tahun 1963 SMAN 3-B berubah menjadi SMA Negeri 3 dan berlangsung hingga tahun 1976. Setahun kemudian SMAN 3 pindah lokasi ke Jalan Panjangjiwo dan berganti nama menjadi SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan) hingga tahun 1985.
Setelah itu pada tahun 1986 berganti nama lagi menjadi SMA Negeri 16 dengan staf pengajar serta kepala sekolah yang sama sejak dari SMAN 3 Jalan Gentengkali 33 Surabaya. (amu)